Kenapa Banser NU disejajarkan dengan institusi keamanan resmi negara semacam TNI dan Polri?


Anda mungkin masih ingat sesumbar teroris ISIS bernama Abu Jandal yang dengan lantang di Youtube menantang TNI, Polri dan Banser NU.
Kenapa yang di tantang adalah Banser NU yang disejajarkan dengan institusi keamanan resmi negara semacam TNI dan Polri? Bukan dialamatkan kepada ormas kepemudaan lain yang jumlahnya ribuan di Indonesia.?? 
Karena Abu Jandal bukan orang bodoh, tetapi sangat cerdas membaca langkah dan kiprah Barisan Ansor Serbaguna (Banser), pasukan inti Gerakan Pemuda Ansor dalam menjaga keutuhan NKRI. Ansor-Banser telah membuat merah telinga bahkan kemarahan bagi mereka yang dengan getol memperjuangkan paham dan ideologi Islam yang bertentangan dengan kebanyakan orang Islam di Indonesia. Paham Islam yang bercita-cita ingin merubah ideologi Pancasila digantikan dengan ideologi khilafah Islamiyah.
Mereka yang mempunyai agenda politik yang menghalalkan segala cara agar NKRI bubar, luluh lantak digantikan oleh bentuk lain untuk menumbuh suburkan ideologi dan paham politik khilafah Islamiyah. Trik dan intrik, mengadu domba antar sesama mereka lakukan dengan sangat sistematis menyasar diberbagai lapisan teutama kaum muda. Agitasi politik dibumbui dengan paham keagamaan yang kerap merasa diri dan kelompoknya sebagai yang paling benar (truth claim), bid’ah membidahkan sampai mengkafirkan saudara sesama muslim (takfiri). Itulah kelompok yang selama ini menentang dan memusuhi Ansor-Banser NU. 
Tulisan ini sebagai momentum reflektif dihari jadi GP Ansor yang ke-84. GP Ansor tetap eksis di tengah-tengah dinamika dan kontestasi paham dan gerakan keagamaan yang radikal, dan mengancam keutuhan NKRI. Momentum untuk megevaluasi diri akan peran dan kiprahnya di tengah-tengah umat.

Panggilan Sejarah 

Tepat pada tanggal 24 April 1934, 84 silam Gerakan Pemuda Ansor didirikan oleh KH Wahab Chasbullah. Empat belas tahun setelah Jam’iyah Nahdlatul Ulama didirikan. Lahir sebagai jawaban historis, panggilan kebangsaan, dan kemauan politik untuk merubah Indonesia, bangkit lepas dari kaki tangan penjajah. Masyarakat Indonesia mengharapkan perubahan tatanan sosial-politik yang tidak lagi menindas, tatanan yang memarjinalkan, menjadi terasing di negeri sendiri. Indonesia harus tegak berdiri, menjaga marwah suatu bangsa lepas dari penjajah. 

Pada saat masa pra-kemerdekaan, masa kolonial dan penjajahan, kaum muda Nahdlatul Ulama ini gigih berjuang mewujudkan Indonesia merdeka. Sebelum didirikan pada tanggal 24 April 1934, mereka banyak bergabung dalam pasukan Hizbullah. Keringat dan darah dikucurkan demi nusantara, tidak diinjak-injak oleh bangsa asing, yang ingin menghisap kekayaan Indonesia. Meregang nyawa demi kehormatan dan harga diri bangsa.GP Ansor hadir karena panggilan sejarah, untuk bersama-sama rakyat berjuang melawan kolonialisme. Menyerukan dan menggelorakan merdeka atau mati.

Perjuangan GP Ansor bersama kaum santri, kaum muda dan rakyat, mendapat momentumnya pada peristiwa 10 November 1945. Ketika Bung Tomo menggelorakan semangat arek-arek Surabaya untuk bangkit melawan penjajah. Pemuda Bung Tomo bergerak atas restu dan spirit KH Hasyim Asy’ari setelah sebelumnya pada tanggal 22 Oktober Kiai Hasyim Asy’ari menyerukan resolusi jihad. Inilah yang menjadi spirit paling ampuh menghadapi Jenderal Malaby dan pasukannya di Surabaya.

GP Ansor hadir kembali di saat Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan makar dan pemberontakan pada tahun 1948 dan 1965. Di saat negeri ini mengharapkan kehadiran Ansor, anak muda pengawal para ulama dan NKRI ini tampil ke muka. Bagi Ansor, NKRI adalah segala-galanya, harus dipertahankan sampai titik darah penghabisan. NKRI bagi Gerakan Pemuda Ansor adalah Harga Mati, yang terus menerus menjadi api perjuangan. 

 NKRI Harga Mati 

 Bagi setiap anggota dan kader Ansor sangat akrab degan Yel-yel atau slogan perjuangan. Artikulasi dari semangat, penumbuhan jati diri, pernyataan lisan dan komitmen dianggit dari yel-yel yang terus digelorakan. Menarik mencermati yel-yel dan slogan yang kerap digelorakan dikalangan Gerakan Pemuda Ansor. Siapa kita? Dijawab oleh kader Ansor, Ansor NU; Pancasila! Jaya, NKRI !, Harga Mati, Aswaja!, Akidah Kita, Nusantara!, Milik Kita. Ya, Yel-yel NKRI yang di jawab oleh segenap kader dengan “Harga Mati” bukan sekadar yel-yel biasa. Tetapi mempunyai daya yang menggerakan. Yel-yel yang bernilai teologis, historis, sosiologis bahkan filosofi perjuangan. Banser yang kerap menyerukan NKRI Harga Mati adalah bukan sembarang pasukan. Dididik ala militer tetapi ia bukan TNI. Bajunya doreg-doreng hanya mirip, bukan sama persis. Al-Qur’an, Hadits, Ijma' dan Qiyas dipedomani hingga akhir nanti. Ulama dan kiai diikuti dan dijaga karena mereka adalah pewaris para Nabi (al-ulamaau waratsatul anbiyaa). Itulah Ansor-Banser NU yang disegani oleh kawan dan ditakuti oleh lawan tertama oleh mereka yang anti Pancasila dan NKRI.
Landasan teologis agar anak-anak muda NU termasuk Ansor bergerak melawan penjajah, telah dibuatkan sebuah mars yang sangat heorik oleh Sang Pendiri Ansor, KH Abdul Wahab Chasbullah. Mars Yalal Wathon, yang kini kian membahana dimana-mana, terutama di momen dan acara-acara NU dan organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan. Syair yang di buat dalam bahasa Arab dan terjemahannya sangat menggugah,

perjuangan Ansor tidak akan pernah henti dan tak bertepi. Pikiran, gerak dan langkahnya adalah hanya satu tarikan nafas, agar Indnesia tetap kokoh berdiri, “NKRI Harga Mati”. Penjajah dalam bentuknya yang membutuhkan perlawanan fisik, mungkin sudah tak ada lagi. PKI sebagai oganisasi telah dibubarkan. Namun tantangan kelompok yang anti Pancasila dan NKRI dalam berbagai bentuknya akan selalu muncul yang maujud dalam berbagai bentuk. Kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan adalah menjadi musuh nyata di era milenial seperti sekarang ini. 
Juga tak kalah pentingnya adalah perang melalui media sosial atas kelompok khilafah Islamiyah. Slogan yang waras tidak boleh mengalah dan menjadi jargon yang terus dihidupkan. Perang lainnya yang harus dijawab dengan NKRI Harga Mati sebagai orientasi adalah membenahi aspek kemandirian ekonomi oranisasi dan kader Ansor. 



 Sumber: https://nu.or.id/opini/nkri-harga-mati-ala-gerakan-pemuda-ansor-w7sGg

0 Komentar